Sesuatu terjadi memang sudah di rencanakan dengan indah olehNya. Sama halnya dengan pertemuan kita sebelumnya. Pertemuan dua remaja yang katanya "tidak sengaja memiliki rasa satu sama lain." Padahal rasa yang pernah ada di antara kita adalah rasa yang Tuhan titipkan pada masing-masih diri kita waktu itu.
Mengupas tentangmu memang tidak ada habisnya. Entahlah kenapa setiap hal yang aku tulis selalu ingin aku tujukan untukmu. Padahal, aku sudah tidak ingin terlalu peduli tentang apapun yang berhubungan denganmu. Tapi, apa dayaku? semua inspirasiku masih karena tentangmu, ceritaku masih tetap dengan tokoh utama kamu, dan ingatanku masih terlalu kental soal kamu.
Aku tidak tahu mau menyebut ini apa, sebuah hal positif kah? atau negatif? Hatiku masih bingung menentukan yang mana.
Suatu ketika ada yang bertanya padaku, "Apa yang membuatnya begitu spesial untukmu? sedangkan dia hanya orang biasa-biasa saja?" Aku hanya melemparkan senyum terbaik di kala ada orang yang bertanya seperti itu. Aku hanya bergumam dalam hati "Jika ini sudah menjadi jalan yang Tuhan berikan, terlalu naif jika aku tidak mensyukurinya. Bukan aku tidak berusaha, hanya saja keadaan yang Tuhan pilihkan untukku ya seperti ini. Dan apapun itu artinya terbaik untukku."
Aku tidak mungkin menyampaikan apapun cara berpikirku, karena setiap orang pasti memiliki cara berpikir masing-masing dan mereka memiliki hak untuk menyampaikan cara berpikirnya.
Dalam benakku sempat terbesit pertanyaan-pertanyaan yang entah dari siapa aku akan mendapatkan jawabannya.
"Apakah dia pernah sekali saja mengingatku?"
"Apa yang dia pikirkan saat mendengar namaku disebut?"
"Apakah dia pernah sedetik saja mengingat hal-hal yang pernah aku dan dia lakukan sebelumnya?"
"Setiap dia mendatangi tempat yang sama saat bersamaku, pernahkan terbesit kenangan itu?"
Mungkin itu adalah pertanyaan konyol, aku hanya bisa menggeleng kecil dan tertawa dalam hati jika aku memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu.
Kamu boleh melupakan segala hal yang berkaitan denganku. Tapi semua yang pernah menjadi saksi kita bersama tidak akan bisa menghapus satu detik pun momen itu. Semuanya sudah tertata dengan rapi.
Kau tahu?
Hari ini aku kembali bersujud di lantai masjid yang sama, yang berbeda adalah hari ini aku dan kamu sudah berjalan masing-masing dan saling mengasing satu sama lain. Sebelumnya kita pernah bersama-sama bersujud di sana, lantai yang sama, masjid yang sama, hanya terpisah tempat saja. Hari ini aku menyadari, lantai tempatku bersujud kini tidak lagi sama seperti kala itu. Segalanya telah berubah dan seharusnya aku tidak boleh terus-menerus membuat setiap momen yang aku jalani sama seperti kala itu.
Aku harus bangun. Inilah dunia yang sesungguhnya, tidak ada lagi kamu. Semua tentangmu sudah pergi. Jangankan hatimu, seluruh notifikasi darimu saja sudah tak pernah lagi ada. Aku menyadari, betapa kau sudah benar-benar tidak ada dalam kehidupanku. Semuanya telah mati, yang hidup hanyalah perasaanku yang dulunya aku pupuk dengan pupuk terbaik, tumbuh membesar dan indah. Sampai akhirnya aku sadar seberapapun aku berusaha merawat agar rasaku tetap hidup, akan ada masanya rasa itu akan lenyap perlahan. Seperti pohon rindang yang terus menerus di tumbuhi benalu, pada akhirnya akan tetap mati. Seberapapun baik pupuk yang diberikan. Hidup memang bersinergi satu sama lain. Segalanya di ciptakan berpasang-pasangan dan segalanya penuh dengan sebab-akibat.
Kenyataan memang pahit, tapi akan lebih baik bertahan hidup dengan menelan pahitnya kenyataan, dibandingkan bermanis-manis ria dalam sebuah ilusi yang tak pasti.
Duniaku akan tetap indah, seburuk dan segelap apapun hati dan perasaanku yang telah kamu luluhlantahkan. Hidup harus terus berjalan, sampai nanti dengan sendirinya angin yang akan membawa pergi segalanya tentangmu. Membawa tentangmu pada masalalu dan abadi pada tempatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar