Rintik hujan menari-nari membasahi
alam semesta ini, membawa dingin yang menusuk hingga tulang-tulang ini. Hujan
malam ini mengusik ingatanku tentang luka hati ini, aku duduk diteras rumah
tempat biasa aku menghabiskan waktuku dahulu. Hujan malam ini serasa menjadi
hujan paling menyakitkan dalam hidupku, otakku seperti memutar kembali memory
kenangan-kenangan manis itu, rasa bersalah dan penyesalan kian berkecamuk dalam
hati ini. Andai waktu dapat diulang ingin rasanya aku memperbaiki semuanya. Otakku
seperti mengingatkanku kejadian empat tahun yang lalu, kejadian yang tidak
pernah dapat ku perbaiki lagi.
“Nila Aprilia Cantika” seorang
gadis dengan lesung pipi unik, senyumannya selalu membentuk sebuah lesung
dipipi kiri bagian atasnya, dia memang berbeda dengan gadis biasanya. Gadis
sederhana yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama pertemuan kami.
Nila gadis yang selalu ingin
mendapat perhatiaan dariku, dia selalu memiliki cerita-cerita unik, bibirnya
pun tidak pernah lelah mengucap kata-demi kata, akan tetapi satu hal yang tidak
pernah orang lain sangka tentang dirinya, Nila adalah orang yang sensitive
sehingga tak jarang dia menangis.
Beberapa bulan berjalannya hubungan
kami, semakin banyak masalah yang harus aku dan Nila hadapi, akan tetapi aku
tidak terlalu memikirkannya, aku selalu menganggap semuanya hal biasa yang
tidak perlu perhatian khusus. Lain halnya dengan Nila dia selalu memikirkan
tiap-tiap masalah yang datang dan pasti akan berujung pada sebuah air mata.
Setiap permasalahan yang terjadi Nila selalu menuntutku untuk mengerti dirinya
namun aku merasa jika aku sudah mengertinya, wanita memang sulit ditebak apa
maunya termasuk Nila.
Nila semakin tidak terkendali, dia
berkata jika aku kini berubah, aku sudah tak memiliki waktu dengannya
“Fen kamu kenapa berubah, sejak
kamu punya teman baru kamu jadi lebih sering sibuk dengan teman-temanmu, kamu
sudah lupa buat nemenin aku” ucap Nila dengan nada yang terbata-bata dalam
tangisnya.
“Kamu kenapa tiap hari nangis? Aku
bosan dengar suara tangismu itu. Aku tidak berubah” aku menjawab dengan suara
agak kasar karena aku sudah tidak kuat menghadapi gadis itu.
“Yasudah kalau kamu sudah tidak mau
menerima tinggalkan saja” Nila kembali bersuara.
“Oh oke kalau begitu, aku ikutu
maumu” Balasku sambil berlalu meningggalkannya.
Mungkin gadis itu sedang terpuruk,
mungkin tidak akan makan, tidak akan berbuat apa-apa selain menangis, dan hal
konyol lainnya untuk menyiksa dirinya sendiri. Sebenarnya aku juga bosan dengan
tingkahnya yang semakin menjadi-jadi.
Siapa yang tidak mengenalku? Badan
tinggi, kekar, seorang atlet dan juga memiliki wajah yang tampan. Hingga tidak
salah jika aku banyak disukai para wanita. Tidak hanya itu, mantan pacarku
tidak kunjung bisa move on meskipun
sudah dua tahun putus denganku. Wajar jika aku akan menilai Nila tidak akan
bisa lepas dariku.
Pesonaku akan selalu terpancar,
meskipun seisi sekolah tahu bagaimana hubunganku dengan Nila. Semua pasti
berkata jika Nila beruntung mendapat lelaki sepertiku.
Belum sehari putus Nila sudah
meminta balikan, aku paham dia tidak akan mau jauh dariku. Setelah balikan
hubungan ini hanya begitu-begitu saja, kami hanya akan putus-nyambung. Setiap
putus selalu Nila yang meminta balikan, namun kali ini sudah sekitar dua hari
putus Nila tidak memintaku balikan, aku hanya membiarkannya. Dia marah-marah
padaku, dia berkali-kali sms dan telpon, namun tak ada yang aku balas ataupun
aku angkat, karena aku sibuk dengan acara pertunangan kakak perempuanku nanti
malam.
Karena Nila begitu memaksa akhirnya
aku angkat dan ternyata dia mengajakku balikan, aku hanya mengiyakan, karena
aku tengah sibuk dengan persiapan kakakku.
Malam pertunangan kakakku
disaksikan hujan, Nila tak henti-hentinya sms aku menjelaskan jika malam ini
dirumahku ada acara pertunangan kakakku, dia meng-iyakan dan mengucapkan
selamat pada kakakku. Dan setelahnya aku tidak lagi membalasnya.
Setelah malam itu Nila tak lagi
menghubungiku, dia seolah menghilang begitu saja tanpa kabar apapun, semua
komunikasiku dengannya hilang begitu saja. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada
gadis itu, aku sudah tak pernah melihat wajahnya lagi. Gadis itu benar-benar
pergi entah kemana.
Setelah dua tahun kejadian malam
itu aku bertemu dengan salah seorang teman Nila saat SMA. Akhirnya aku mengerti
semuanya mengapa dia menghilang dari hidupku, Franda menceritakan semuanya.
Kejadian saat malam pertunangan kakaku Nila sangat terpuruk, bagaimana tidak
aku melarangnya menangis lagi jika dia ingin kembali denganku, namun malam itu
adalah malam paling menyakitkan bagi Nila. Dalam kebahagiaan keluargaku ada
seorang yang tak asing bagiku, wanita yang pernah hadir dalam hidupku dan
sangat dekat dengan keluargaku. Nila mengetahui jika matanku diundang dalam
pertunangan itu, namun tidak dengan dirinya.
Aku yang terlalu sibuk hingga
melupakannya, gadis itu ternyaata sangat membutuhkanku malam itu. Dia tidak
tahu harus berbuat apa sampai akhirnya menelpon Franda, Nila menceritakan semua
masalahnya pada Franda apalagi ketika Nila mendengar kabar jika mantanku hadir
dalam pertunangan itu. Seketika tangisnya pecah, Franda mendengar sebuah
ketulusan yang sangat besar dalam diri Nila. Nila begitu menyanyangiku, dia
menyembunyikan sedih dan kecemburuannya selama ini. “Bagaimana bisa mantannya
saat ini bersama keluarga besar Fendi sedangkan pacarnya sendiri terpuruk dalam
sakit seperti ini” kata Nila, mungkin malam itu dia tidak tidur menunggu kabar
dariku namun tak ada.
Sejak malam itu Nila memutuskan
untuk pergi dan melupakan semua hal tentang diriku. Empat tahun berlalu kini
aku menerima sebuah undangan berwarna putih dengan pita pink bertuliskan nama
“Nila Aprilia Cantika & Lingga Stevano Alfarisyi”. Mataku tak berkedip
melihat undangan dengan konsep ‘white party’ ini membuatku tak percaya jika
gadis kecil yang telah aku gores hatinya telah menemukan pasangan hidupnya.
Hujan malam ini ingin rasanya aku
ulang kejadian empat tahun yang lalu. Kini aku mengerti jika air mata Nila yang
selalu membuatku bosan adalah tanda ketulusannya, gadis itu hanya ingin aku mengerti,
ingin aku bersikap seperti dulu sebelum aku memiliki teman-teman baru, dan
ingin aku tidak egois. Seharusnya nama di undangan itu adalah “Nila Aprilia
Cantika & Fendi Putra Lesmana” tapi itu hanya seberkas mimpi yang tidak
akan menjadi nyata. Aku pun tidak akan mengusik kebahagiaan gadis kecil itu.
“Terbanglah kau Nila, Terbang
setinggi mungkin dengan sayap utuhmu, tinggalah aku dengan sayap yang aku
patahkan sendiri. Berbahagialah gadis kecilku, biarkan kenangan ini hidup
denganku dengan khayalan kita”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar